Bart Simpson Graduation

Selasa, 28 Mei 2013

Revolusi Kebudayaan

          Melihat perilaku generasi muda saat ini mungkin kita akan menghela nafas panjang, apakah budaya kita saat ini telah berevolusi? Mungkin benar, revolusi budaya saat ini seakan begitu deras mengikis secara perlahan akar budaya bangsa Indonesia, baik budaya bahasa moral serta agama. Banyak factor yang menyebabkan budaya local dilupakan di masa sekarang ini. Masuknya budaya asing ke Indonesia sebenarnya merupakan hal yang wajar, asalkan budaya tersebut sesuai dengan kepribadian bangsa. Namun pada kenyataanya budaya asing mulai mendominasi sehingga budaya local mulai dilupakan.
            Suatu ironis kebudayaan sendiri dijauhi oleh anak muda sekarang. Tidak habis piker mengapa kaum muda sekarang lebih suka ala boyband/girlband, sexy dancer, hip hop yang sama sekali tidak mencerminkan ciri khas budaya Indonesia yang ramah, sopan dan berkepribadian luhur. Di salah satu daerah beberapa waktu lalu tepatnya di lapangan Murjani tarian tidak etis yang sering dikenal sebagai sexy dancer ditampilkan dalam suatu acara promosi salah satu perusahaan rokok. Aksi tarian itu ditampilkan di depan anak-anak di bawah umur yang berjarak hanya beberapa meter saja.
            Bukanlah sesuatu hal yang aneh ketika pihak yang seharusnya mengingatkan malah ikut menikmati tarian energik yang identic dengan busana minim dipertontonkan tanpa ada pengawasan ataupun peringatan bagi anak di bawah umur. Sebagian orang menganggap itu hanya sebagai hiburan. Di mana letak pengawasan orangtua saat anak-anak yang harusnya berada di rumah malah dibiarkan berkeliaran bukan pada tempat dan waktunya?
            Dalam tinjauan psikologi perkembangan, peran orangtua dibutuhkan dalam mendampingi dan memberitahu bagaimana mereka bisa menyesuaikan diri pada perubahan, perkembangan dan adanya perbedaan di dalam lingkungan mereka. Anak-anak tidak bisa dibiarkan lepas ke dunianya sendiri.
Logika yang muncul, jika lingkungan mereka tidak tepat maka anak-anak ini akan mendapat dampak negatif, baik perubahan psikologinya ataupun kepribadiannya. Memang benar anak dibebaskan untuk memilih apa yang menurutnya itu cocok untuk dirinya. Di sinilah orangtua wajib mengarahkan dan membimbing. Pembelajaran seni tari pada anak usia dini sangat berpengaruh terhadap pola perkembangan anak yang ditandai dengan perkembangan motoric kasar dan motoric halus, pola bahasa dan pikir, emosi jiwa serta perkembangan social anak.
Di sekolah keprihatinan manakala keberadaan siswa didik kurang berminat terhadap seni budaya daerah, kata-kata yang terlontar dari mereka bahwa tari/lagu daerah itu kuno (ketinggalan jaman). Itulah persoalan yang menampar wajah dunia pendidikan saat ini. Apakah fakta tersebut bias dari program Ujian Nasional (UN) yang hanya menekankan factor pengetahuan (kognitif) belaka. Fakta keterampilan (psikomotor) kurang mendapat perhatian.
          Padahal pelajaran tari bukan bertujuan untuk mempelajari sikap gerak saja, namun juga sikap mental, kedisiplinan, sehingga pendidikan tari itu menjadi media pendidikan. Dalam bukunya tentang pendidikan Ki Hadjar Dewantara menuliskan, tari anak-anak akan memberi pengaruh terhadap ketajaman pikiran, kehalusan rasa dan kekuatan kemauan serta memperkuat rasa kemerdekaan. 

Kesimpulan :
Dalam artikel tentang revolusi sebenarnya emang hampir sama dengan evolusi kebudayaan. Karena keduanya sama-sama mengkiblatkan kebudayaan dari luar. Remaja-remaja mungkin sudah terlanjur jatuh cinta dengan kebudayaan dari luar. Mungkin sudah tidak banyak yang mengetahui kebudayaan dari negara kita atau dari daerah kita sendiri. Karena kebudayaan dari luar lebih menarik daripada kebudayaan milik negara dan daerah kita sendiri yang harusnya dilestarikan agar anak dan cucu kita bisa mengetahui kebudayaan yang dari dahulu sudah ada.


Referensi :
http://aspandang.blogspot.com/2012/06/revolusi-budaya.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar