Kanker payudara merupakan jenis kanker yang berkembang
dari sel-sel payudara. Kanker payudara biasanya dimulai dari lapisan dalam
saluran susu atau lobulus. Kanker payudara yang dimulai dalam lobulus dikenal
sebagai karsinoma lobular, sementara yang terjadi dalam saluran
susu disebut karsinoma duktal.
Kanker payudara adalah kanker
invasif yang paling umum pada wanita di seluruh dunia. Kanker jenis ini
menyumbang 16% dari semua kanker yang menyerang wanita dan 22,9% dari kanker
invasif pada wanita. Sebanyak 18,2% dari semua kematian akibat kanker di
seluruh dunia, termasuk laki-laki dan perempuan, berasal dari kanker payudara.
Sebagian besar kanker payudara
mempunyai prognosis yang lebih baik jika dilakukan perawatan pada fase awal
perkembangannya. Oleh karena itu, deteksi dini dari tanda dan gejala
kanker payudara akan sangat penting, apalagi pada wanita dengan risiko tinggi
terkena kanker payudara.
Angka kejadian kanker payudara jauh
lebih tinggi di negara maju dibandingkan dengan negara berkembang. Ada beberapa
alasan terjadinya fenomena ini, dengan kemungkinan harapan hidup menjadi salah
satu faktor kunci - kanker payudara lebih sering terjadi pada wanita lansia;
perempuan di negara-negara maju hidup lebih lama dibandingkan di negara-negara
berkembang. Para ahli juga meyakini gaya hidup dan kebiasaan makan yang berbeda
dari perempuan di negara-negara maju dan berkembang jugamenjadi faktor
penyebab.
Tanda dan gejala kanker payudara
Suatu gejala hanya dirasakan oleh pasien, dan dapat dijelaskan ke dokter atau perawat, seperti sakit kepala atau sakit, sedangkan tanda adalah sesuatu yang pasien dan orang lain dapat mendeteksinya, misalnya ruam atau pembengkakan.
Gejala awal
kanker payudara ini biasanya ditandai dengan penebalan suatu area dari jaringan
di payudara wanita, atau terkadang ditemui benjolan. Walaupun mayoritas
benjolan bukanlah kanker, namun, bila menemui benjolan di payudaranya, seorang
wanita harus segera memeriksakan diri ke ahli kesehatan.
Menurut National Health Service, Inggris,
wanita yang mendeteksi tanda-tanda atau gejala berikut harus segera
memeriksakan diri:
- Adanya benjolan di payudara
- Rasa sakit di ketiak atau payudara yang tampaknya tidak terkait dengan periode menstruasi
- Pitting atau kemerahan pada kulit payudara; terkadang seperti kulit jeruk
- Ruam di sekitar (atau diatas) salah satu puting
- Pembengkakan (benjolan) di salah satu ketiak
- Penebalan sebuah area dari jaringan di payudara
- Salah satu puting mengelupas, kadang-kadang mungkin mengandung darah
- Perubahan puting dalam penampilan, mungkin menjadi cekung atau terbalik
- Perubahan ukuran atau bentuk payudara
- Kulit puting susu atau kulit payudara mulai mengelupas, bersisik atau menyerpih.
Sebuah tim multidisiplin akan dilibatkan dalam
perawatan pasien kanker payudara. Tim tersebut dapat terdiri dari seorang ahli
onkologi, ahli radiologi, ahli bedah spesialis kanker, perawat spesialis, ahli
patologi, ahli radiologi, radiografer, dan ahli bedah rekonstruktif.
Kadang-kadang tim juga mungkin termasuk terapis okupasi, psikolog, ahli gizi,
dan ahli terapi fisik.
Tim akan
mempertimbangkan beberapa faktor ketika memutuskan pengobatan yang terbaik bagi
pasien, seperti:
- Jenis kanker payudara
- Tahap dan stadium dari kanker payudara - seberapa besar tumor, apakah ia telah menyebar, dan jika telah menyebar, seberapa jauh
- Ada atau tidak sel-sel kanker yang sensitif terhadap hormon
- Kesehatan pasien secara keseluruhan
- Usia pasien (Apakah ia telah melalui menopause?)
- Preferensi pasien sendiri
Pilihan utama pengobatan kanker payudara adalah:
- Terapi radiasi (radioterapi)
- Bedah
- Terapi biologi (terapi obat yang ditargetkan)
- Terapi Hormon
- Kemoterapi
Operasi
Lumpectomy
Pengangkatan tumor dan sedikit jaringan sehat di
sekitarnya. Pada kanker payudara, prosedur ini sering disebut operasi
payudara-sparing. Jenis operasi ini mungkin dianjurkan jika tumor berukuran
kecil dan ahli bedah percaya bahwa akan mudah untuk memisahkan kanker dari
jaringan di sekitarnya. Peneliti Inggris melaporkan bahwa sekitar seperlima
dari pasien kanker payudara yang memilih operasi konservasi payudara bukan
mastektomi akhirnya membutuhkan operasi kembali.
Mastektomi
Pengangkatan payudara. Mastektomi sederhana melibatkan
mengangkat lobulus, saluran susu, jaringan lemak, puting, areola, dan kulit.
Mastektomi radikal berarti juga menghilangkan otot dinding dada dan kelenjar
getah bening di ketiak.
Biopsi kelenjar betah bening sentinel
Sebuah kelenjar getah bening diangkat. Jika kanker
payudara telah mencapai kelenjar getah bening, ia dapat menyebar lebih jauh
melalui sistem limfatik ke bagian lain dari tubuh.
Diseksi kelenjar getah bening aksila
Jika di kelenjar getah bening ditemukan memiliki
sel-sel kanker, ahli bedah dapat merekomendasikan mengangkat beberapa kelenjar
getah bening di ketiak.
Operasi rekonstruksi Payudara
Serangkaian prosedur bedah yang bertujuan untuk
menciptakan payudara sehingga terlihat sebanyak mungkin seperti payudara
lainnya. Prosedur ini dapat dilakukan pada waktu yang sama dengan mastektomi.
Dokter bedah dapat menggunakan implan payudara, atau jaringan dari bagian lain
dari tubuh pasien.
Terapi Radiasi (Radioterapi)
Radiasi dengan dosis terkontrol ditargetkan pada tumor
untuk menghancurkan sel-sel kanker. Biasanya, radioterapi digunakan setelah
operasi, sekaligus kemoterapi untuk membunuh sel-sel kanker yang mungkin masih
berada di sekitar. Biasanya, terapi radiasi dilakukan sekitar satu bulan
setelah operasi atau kemoterapi. Setiap sesi berlangsung beberapa menit, pasien
mungkin memerlukan 3-5 sesi per minggu selama tiga sampai enam minggu.
Pasien akan diminta menentukan jenis terapi radiasi
yang mungkin harus menjalani. Dalam beberapa kasus, radioterapi tidak diperlukan.
Jenis terapi radiasi meliputi:
Terapi radiasi Payudara
Setelah lumpectomy, radiasi diberikan pada jaringan
payudara yang tersisa
Terapi radiasi dinding Dada
Terapi ini diterapkan setelah mastektomi
Boosting Payudara
Dosis tinggi terapi radiasi diaplikasikan ke tempat
tumor yang telah diangkat melalui pembedahan. Penampilan payudara dapat
berubah, terutama jika payudara pasien berukuran besar.
Terapi radiasi Getah bening
Radiasi ditujukan pada aksila (ketiak) dan daerah
sekitarnya untuk menghancurkan sel-sel kanker yang telah mencapai kelenjar
getah bening.
Brachytherapy Payudara
Ilmuwan di UC San Diego Moores Cancer Center menunjukkan
bahwa pasien dengan kanker payudara tahap awal di saluran susu yang belum
menyebar, tampaknya memperoleh manfaat setelah menjalani brachytherapy payudara
dengan aplikator berbasis strut. Perawatan 5 hari ini diberikan kepada pasien
setelah mereka menjalani operasi lumpectomy. Para peneliti menemukan bahwa
wanita yang menerima brachytherapy payudara berbasis strut memiliki tingkat
kekambuhan yang lebih rendah, serta efek samping yang lebih sedikit dan kurang
parah. Efek samping dari terapi radiasi mungkin meliputi keletihan, lymphedema,
penggelapan kulit payudara, dan iritasi pada kulit payudara.
Kemoterapi
Obat yang digunakan untuk membunuh sel-sel kanker
disebut obat sitotoksik. Ahli onkologi dapat merekomendasikan kemoterapi jika
ada risiko tinggi kekambuhan kanker, atau kanker menyebar di tempat lain di
tubuh. Terapi ini disebut kemoterapi adjuvant.
Jika tumor berukuran besar, kemoterapi dapat diberikan
sebelum operasi. Tujuannya adalah untuk mengecilkan tumor, sehingga membuat
pengangkatan lebih mudah. Ini disebut kemoterapi neo-ajuvant.
Kemoterapi juga dapat diberikan jika kanker telah
menyebar ke bagian lain dari tubuh. Kemoterapi juga berguna dalam mengurangi
beberapa gejala yang disebabkan oleh kanker.
Kemoterapi dapat membantu produksi estrogen berhenti.
Estrogen dapat mendorong pertumbuhan beberapa jenis kanker payudara.
Efek samping dari kemoterapi dapat berupa mual,
muntah, kehilangan nafsu makan, kelelahan, mulut sakit, rambut rontok, dan
kerentanan yang sedikit lebih tinggi terhadap infeksi. Banyak dari efek samping
tersebut dapat dikontrol dengan obat-obat yang dapat diresepkan dokter. Wanita
di atas 40 tahun bisa memasuki masa menopause dini.
Melindungi Kesuburan Wanita
Para ilmuwan telah merancang cara agresif untuk
menyerang kanker dengan obat kemoterapi berbasis arsenik, yang jauh lebih aman
pada ovarium. Para peneliti, dari Northwestern University Feinberg
School of Medicine di Chicago, percaya metode baru mereka akan
membantu melindungi kesuburan pasien wanita yang menjalani pengobatan kanker.
Para ilmuwan mengatakan mereka juga mengembangkan cara
cepat untuk menguji obat kemoterapi yang ada dan efeknya pada fungsi ovarium,
sehingga dokter dan pasien dapat membuat keputusan mengenai pengobatan yang
meminimalkan kerusakan pada ovarium.
Mereka melaporkan temuannya dalam jurnal PLoS
ONE (edisi Maret 2013). Para penulis mengklaim bahwa obat kemoterapi
nanopartikel baru yang mereka rancang adalah obat kanker pertama yang diuji
terhadap kesuburan menggunakan uji toksisitas cepat dan baru.
Walaupun banyak pasien kanker yang selamat sampai
sekarang berkat kemajuan dalam terapi kanker, sejumlah besar pasien wanita
masih menghadapi kehilangan kesuburan setelah menjalani kemoterapi tradisional.
Salah seorag peneliti dalam studi tersebut, Teresa
Woodruff, mengatakan "Tujuan utama kami adalah untuk membuat obat
cerdas yang membunuh kanker tetapi tidak menyebabkan kemandulan pada wanita
muda."
Terapi Hormon (Terapi
Pemblokiran Hormon)
Terapi ini digunakan untuk kanker payudara yang
sensitif terhadap hormon. Jenis kanker yang sensitive terhadap hormon sering
disebut sebagai kanker ER positif (estrogen receptor positive) dan positif PR
(progesterone receptor positive). Tujuan terapi hormon adalah untuk mencegah
kambuhnya kanker, biasanya digunakan setelah operasi, tapi kadang-kadang dapat
digunakan terlebih dahulu untuk mengecilkan tumor.
Jika karena alasan kesehatan, pasien tidak dapat
menjalani operasi, kemoterapi atau radioterapi, terapi hormon mungkin
satu-satunya pengobatan yang diterimanya.
Terapi hormon tidak akan berpengaruh pada kanker yang
tidak sensitif terhadap hormon.
Terapi hormon biasanya berlangsung hingga lima tahun
setelah operasi.
Berikut adalah obat terapi hormon lazim digunakan:
Tamoxifen
Tamoxifen berfungsi mencegah estrogen mengikat sel-sel
kanker ER-positif. Efek samping dari tamoxifen adalah termasuk perubahan dalam
periode menstrusi, rasa panas, kenaikan berat badan, sakit kepala, mual,
muntah, kelelahan, dan sakit sendi.
Sebuah biomarker pada pasien kanker payudara yang
tidak merespon, atau yang telah menjadi resisten terhadap Tamoxifen telah
ditemukan oleh para peneliti di University of Manchester, Inggris.
Mereka mengatakan bahwa penemuan mereka akan membantu dokter memutuskan pasien
mana yang cocok atau tidak untuk adjuvant (komplementer) terapi hormon dengan
tamoxifen.
Aromatase inhibitor
Jenis obat ini dapat ditawarkan untuk wanita yang
telah mengalami menopause. Ia berfungsi menghambat aromatase. Aromatase
membantu produksi estrogen setelah menopause. Sebelum menopause, ovarium
seorang wanita yang memproduksi estrogen. Contoh aromatase inhibitor
termasuk letrozole, exemestane, dan anastrozole. Efek samping
obat jenis ini termasuk mual, muntah, kelelahan, ruam kulit, sakit kepala,
nyeri tulang, nyeri sendi, kehilangan libido, berkeringat, dan rasa panas.
Ablasi atau Penekanan Ovarium
Wanita pra-menopause memproduksi estrogen dalam
ovarium mereka. Ablasi atau penekanan ovarium berusaha untuk menghentikan
indung telur dari memproduksi estrogen. Ablasi dilakukan baik melalui operasi
atau terapi radiasi - ovarium wanita tidak akan bekerja lagi, dan dia akan
memasuki masa menopause dini.
Sebuah obat yang bersifat Luteinising
Hormone-Releasing Hormone Agonist (LHRHa) yang disebut Goserelin akan
menekan ovarium. Periode menstrusi pasien akan berhenti selama pengobatan,
tetapi akan mulai lagi ketika ia berhenti mengkonsumsi Goserelin.
Wanita usia menopause (sekitar 50 tahun) mungkin tidak akan pernah mulai
mengalami menstruasi lagi. Efek samping mungkin termasuk perubahan suasana
hati, masalah tidur, berkeringat, dan rasa panas.
Pengobatan Biologis (Obat yang
Ditargetkan)
Trastuzumab (Herceptin)
Antibodi monoklonal ini menargetkan dan menghancurkan
sel-sel kanker yang HER2-positif. Beberapa sel kanker payudara menghasilkan
sejumlah besar HER2 (reseptor faktor pertumbuhan); Herceptin menargetkan
protein ini. Kemungkinan efek samping Yang dapat terjadi termasuk ruam kulit,
sakit kepala, dan/atau kerusakan jantung.
Lapatinib (Tykerb)
Obat ini menargetkan protein HER2. Ia juga digunakan
untuk pengobatan kanker payudara metastatik lanjut. Tykerb digunakan pada
pasien yang tidak merespon dengan baik untuk Herceptin. Efek sampingnya
termasuk tangan nyeri, nyeri pada kaki, ruam kulit, sariawan, kelelahan
ekstrim, diare, muntah, dan mual.
Bevacizumab (Avastin)
Obat ini bekerja menghentikan sel-sel kanker dari
menarik pembuluh darah baru, sehingga efektif menyebabkan tumor kekurangan
nutrisi dan oksigen. Efek sampingnya termasuk gagal jantung kongestif,
hipertensi (tekanan darah tinggi), kerusakan ginjal, kerusakan jantung,
pembekuan darah, sakit kepala, sariawan. Meski tidak disetujui oleh FDA untuk
digunakan ini, dokter mungkin meresepkan tersebut "off-label".
Menggunakan obat ini untuk kanker payudara adalah kontroversial. FDA pada tahun
2011 mengatakan bahwa Avastin tidaklah efektif atau aman untuk kanker payudara.
Peneliti Swiss menemukan bahwa Avastin hanya
menawarkan manfaat sederhana terkait perkembangan penyakit pada wanita dengan
kanker payudara stadium lanjut. Mereka menambahkan bahwa ia tidak memiliki dampak
pada kelangsungan hidup si pasien itu sendiri.
Aspirin Dosis Rendah
Penelitian yang dilakukan pada tikus laboratorium dan
tabung reaksi menunjukkan bahwa aspirin dosis rendah secara teratur dapat
menghentikan pertumbuhan dan penyebaran kanker payudara.
Para ilmuwan dari Veterans Affairs Medical
Center di Kansas City dan University of
Kansas Medical Center menjelaskan bahwa tes mereka pada jalur kanker
dan pada tikus menunjukkan bahwa aspirin tidak hanya memperlambat pertumbuhan
sel kanker dan membuat tumor menyusut jauh, tetapi juga menghentikan metastasis
(penyebaran kanker ke situs baru).
Penelitian mereka melibatkan penilaian atas efek
aspirin pada dua jenis kanker, termasuk kanker payudara agresif "triple-negatif" yang
resisten terhadap pengobatan terbaru.
Pegiat kanker memperingatkan bahwa meskipun hasil saat
ini menunjukkan janji besar, penelitian ini adalah pada tahap yang sangat awal
dan belum terbukti efektif pada manusia.
Wanita umumnya didiagnosa menderita kanker payudara
setelah melakukan skrining kanker payudara rutin, atau setelah mendeteksi
tanda-tanda dan gejala tertentu dan memeriksakan diri ke Dokter.
Jika seorang wanita mendeteksi tanda-tanda kanker
payudara dan gejala seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dia harus
berbicara dengan dokter segera. Dokter, seringkali dokter umum, pada awalnya
akan melakukan pemeriksaan fisik, dan kemudian merujuk pasien ke dokter
spesialis jika menurutnya pemeriksaan lebih lanjut diperlukan.
Di bawah ini adalah contoh tes dan prosedur untuk
diagnostik kanker payudara:
Pemeriksaan Payudara
Dokter akan memeriksa kedua payudara pasien, mencari
benjolan dan kelainan lainnya yang mungkin, seperti puting terbalik,
pengelupasan puting, atau perubahan bentuk payudara. Pasien akan diminta untuk
duduk/berdiri dengan tangan di posisi yang berbeda, seperti di atas kepalanya
dan kedua sisi tubuhnya.
X-ray (mammogram)
Biasa digunakan untuk skrining kanker payudara. Jika
sesuatu yang tidak biasa ditemukan, dokter akan melakukan mammogram diagnostik.
Skrining kanker payudara telah menjadi topik yang
kontroversial selama beberapa tahun terakhir. Para ahli, organisasi profesi,
dan kelompok pasien saat ini tidak menemui kesepakatan mengenai kapan saat
skrining mamografi harus mulai dan seberapa sering harus dilakukan Beberapa
mengatakan skrining rutin harus dimulai ketika seorang wanita berusia 40 tahun,
yang lain bersikeras pada 50 tahun sebagai usia terbaik, dan beberapa percaya
bahwa hanya kelompok risiko tinggi harus melakukan skrining rutin.
Pada Juli 2012, The American Medical
Association mengatakan bahwa perempuan harus memenuhi syarat untuk
skrining mamografi dari usia 40, dan harus ditanggung oleh asuransi.
Dalam Laporan Khusus jurnal The Lancet (edisi
30 Oktober 2012), sebuah panel ahli menjelaskan bahwa skrining kanker payudara
tidak mengurangi risiko kematian akibat penyakit tersebut. Namun, mereka
menambahkan bahwa hal itu juga menciptakan lebih banyak kasus hasil positif
palsu, dimana perempuan akhirnya harus menjalani biopsi yang tidak perlu dan
tumor yang tidak berbahaya diangkat melalui pembedahan.
Studi lain, yang dilakukan oleh para ilmuwan di The
Dartmouth Institute for Healthy Policy & Clinical Practice di
Lebanon, NH, dan dilaporkan dalam New England Journal of Medicine (edisi
November 2012), menemukan bahwa mammogram tidak mengurangi angka kematian
kanker payudara.
Sebuah tim dari University of Copenhagen melaporkan
bahwa wanita yang memiliki hasil mammogram positif palsu mungkin menderita
stres jangka panjang dan kecemasan, dalam beberapa kasus, ini bisa bertahan
hingga tiga tahun. Mereka menerbitkan temuan mereka dalam Annals of
Family Medicine (edisi Maret 2013).
Peneliti dari Barbara Ann Karmanos Cancer
Institute di Detroit, Michigan, menemukan bahwa angka kematian kanker
payudara lebih tinggi pada wanita lebih tua yang waktu-penyimpangan antara
mammogram terakhir dan diagnosis kanker payudaranya lebih lama. Mereka
mempresentasikan temuan mereka di Pertemuan Tahunan American
Association for Cancer Research (AACR) 2013.
Pemimpin tim, Michael S. Simon, MD, MPH, mengatakan,
"Kami menemukan bahwa untuk wanita usia 75 dan lebih tua, interval waktu
yang lebih lama antara mammogram terakhir dan tanggal diagnosis kanker payudara
dikaitkan dengan kesempatan yang lebih besar untuk meninggal akibat kanker
payudara."
Mammogram 2D Dikombinasikan dengan
Mammogram 3D
Peneliti dari University of Sydney School of
Public Health, Australia, melaporkan dalam The Lancet Oncology bahwa
mammogram 3D, bila digunakan dalam kolaborasi dengan mammogram 2D biasa,
diketahui menurunkan kejadian positif palsu.
Para peneliti menskrining 7.292 wanita dewasa, dengan
usia rata-rata 58 tahun. Skrining awal mereka dilakukan dengan menggunakan
mammogram 2D, dan kemudian mereka menjalani kombinasi mammogram 2D dan 3D.
Profesor Nehmat Houssami dan
tim menemukan 57 kanker pada 59 pasien. 66% dari kanker terdeteksi di keduanya,
2D dan gabungan screening 2D/3D. Namun, 33% dari kasus tersebut hanya
terdeteksi menggunakan kombinasi 2D ditambah 3D.
Tim juga menemukan bahwa screening 2D ditambah
kombinasi 3D dikaitkan dengan jumlah positif palsu yang jauh lebih rendah. Bila
menggunakan hanya pemeriksaan 2D ada 141 positif palsu, dibandingkan dengan 73
positif palsu bila menggunakan kombinasi 2D ditambah 3D.
Prof. Houssami mengatakan "Meskipun
kontroversial, skrining mamografi adalah satu-satunya strategi deteksi dini di
tingkat populasi yang telah terbukti mengurangi angka kematian kanker payudara
dalam percobaan acak. Terlepas perdebatannya, upaya-upaya harus dilakukan untuk
menyelidiki metode yang dapat meningkatkan kualitas dan potensi manfaat dari
skrining mamografi.
Kami telah menunjukkan bahwa mamografi terpadu 2D dan
3D dalam skrining populasi pada kanker payudara meningkatkan deteksi kanker
payudara dan dapat mengurangi positif palsu. Hasil kami tidak menjamin
perubahan segera pada praktik skrining payudara, sebaliknya, hasil penelitian
ini menunjukkan kebutuhan mendesak untuk melakukan percobaan acak terpadu
terkontrol pada 2D dan 3D vs 2D mamografi."
Beasts USG
Jenis scan ini dapat membantu dokter memutuskan apakah
benjolan atau kelainan yang ada merupakan massa padat atau kista berisi cairan.
Biopsi
Contoh jaringan dari suatu kelainan, seperti benjolan,
diambil dan dikirim ke laboratorium untuk analisis. Jika sel-sel kanker
ditemukan, laboratorium juga akan menentukan jenis kanker payudara tersebut,
dan keganasannya (agresivitas). Para ilmuwan dari Technical University
of Munich menemukan bahwa untuk diagnosis yang akurat, beberapa situs
tumor perlu diambil.
MRI (Magnetic Resonance Imaging) Payudara
Pewarna akan disuntikkan ke pasien. Jenis scan ini
membantu dokter menentukan sejauh mana penyebaran kanker (stadium). Peneliti
dari University of California di San Francisco menemukan bahwa
MRI memberikan indikasi respon tumor payudara yang berguna untuk kemoterapi
pra-operasi jauh lebih awal daripada melalui pemeriksaan klinis.
Stadium menggambarkan sejauh mana penyebaran kanker
dalam tubuh pasien dan didasarkan pada apakah invasif atau non-invasif,
seberapa besar tumor, apakah kelenjar getah bening terlibat dan berapa banyak,
dan apakah telah terjadi metastasis (menyebar ke bagian lain dari tubuh).
Stadium kanker merupakan faktor penting dalam
menentukan pilihan pengobatan yang direkomendasikan, dan dalam menentukan
prognosis pasien.
Stadium dilakukan setelah kanker didiagnosis. Untuk
menentukan stadium, dokter akan melakukan beberapa tes yang berbeda, termasuk
tes darah, mammogram, sinar-X dada, scan tulang, CT scan, atau PET scan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar