Bart Simpson Graduation

Sabtu, 16 Mei 2015

Waspada Kanker Payudara !


Kanker payudara merupakan jenis kanker yang berkembang dari sel-sel payudara. Kanker payudara biasanya dimulai dari lapisan dalam saluran susu atau lobulus. Kanker payudara yang dimulai dalam lobulus dikenal sebagai karsinoma lobular, sementara yang terjadi dalam saluran susu disebut karsinoma duktal.

Kanker payudara adalah kanker invasif yang paling umum pada wanita di seluruh dunia. Kanker jenis ini menyumbang 16% dari semua kanker yang menyerang wanita dan 22,9% dari kanker invasif pada wanita. Sebanyak 18,2% dari semua kematian akibat kanker di seluruh dunia, termasuk laki-laki dan perempuan, berasal dari kanker payudara.

Sebagian besar kanker payudara mempunyai prognosis yang lebih baik jika dilakukan perawatan pada fase awal perkembangannya. Oleh karena itu, deteksi dini dari tanda dan gejala kanker payudara akan sangat penting, apalagi pada wanita dengan risiko tinggi terkena kanker payudara.

Angka kejadian kanker payudara jauh lebih tinggi di negara maju dibandingkan dengan negara berkembang. Ada beberapa alasan terjadinya fenomena ini, dengan kemungkinan harapan hidup menjadi salah satu faktor kunci - kanker payudara lebih sering terjadi pada wanita lansia; perempuan di negara-negara maju hidup lebih lama dibandingkan di negara-negara berkembang. Para ahli juga meyakini gaya hidup dan kebiasaan makan yang berbeda dari perempuan di negara-negara maju dan berkembang jugamenjadi faktor penyebab.

Tanda dan gejala kanker payudara

Suatu gejala hanya dirasakan oleh pasien, dan dapat dijelaskan ke dokter atau perawat, seperti sakit kepala atau sakit, sedangkan tanda adalah sesuatu yang pasien dan orang lain dapat mendeteksinya, misalnya ruam atau pembengkakan.
Gejala awal kanker payudara ini biasanya ditandai dengan penebalan suatu area dari jaringan di payudara wanita, atau terkadang ditemui benjolan. Walaupun mayoritas benjolan bukanlah kanker, namun, bila menemui benjolan di payudaranya, seorang wanita harus segera memeriksakan diri ke ahli kesehatan.

Menurut National Health Service, Inggris, wanita yang mendeteksi tanda-tanda atau gejala berikut harus segera memeriksakan diri: 
 
  • Adanya benjolan di payudara
  • Rasa sakit di ketiak atau payudara yang tampaknya tidak terkait dengan periode menstruasi
  • Pitting atau kemerahan pada kulit payudara; terkadang seperti kulit jeruk
  • Ruam di sekitar (atau diatas) salah satu puting
  • Pembengkakan (benjolan) di salah satu ketiak
  • Penebalan sebuah area dari jaringan di payudara
  • Salah satu puting mengelupas, kadang-kadang mungkin mengandung darah
  • Perubahan puting dalam penampilan, mungkin menjadi cekung atau terbalik
  • Perubahan ukuran atau bentuk payudara
  • Kulit puting susu atau kulit payudara mulai mengelupas, bersisik atau menyerpih.
Sebuah tim multidisiplin akan dilibatkan dalam perawatan pasien kanker payudara. Tim tersebut dapat terdiri dari seorang ahli onkologi, ahli radiologi, ahli bedah spesialis kanker, perawat spesialis, ahli patologi, ahli radiologi, radiografer, dan ahli bedah rekonstruktif. Kadang-kadang tim juga mungkin termasuk terapis okupasi, psikolog, ahli gizi, dan ahli terapi fisik.
Tim akan mempertimbangkan beberapa faktor ketika memutuskan pengobatan yang terbaik bagi pasien, seperti:
  • Jenis kanker payudara
  • Tahap dan stadium dari kanker payudara - seberapa besar tumor, apakah ia telah menyebar, dan jika telah menyebar, seberapa jauh
  • Ada atau tidak sel-sel kanker yang sensitif terhadap hormon
  • Kesehatan pasien secara keseluruhan
  • Usia pasien (Apakah ia telah melalui menopause?)
  • Preferensi pasien sendiri
 Pilihan utama pengobatan kanker payudara adalah:
  • Terapi radiasi (radioterapi)
  • Bedah
  • Terapi biologi (terapi obat yang ditargetkan)
  • Terapi Hormon
  • Kemoterapi
 Operasi
Lumpectomy
Pengangkatan tumor dan sedikit jaringan sehat di sekitarnya. Pada kanker payudara, prosedur ini sering disebut operasi payudara-sparing. Jenis operasi ini mungkin dianjurkan jika tumor berukuran kecil dan ahli bedah percaya bahwa akan mudah untuk memisahkan kanker dari jaringan di sekitarnya. Peneliti Inggris melaporkan bahwa sekitar seperlima dari pasien kanker payudara yang memilih operasi konservasi payudara bukan mastektomi akhirnya membutuhkan operasi kembali.

Mastektomi
Pengangkatan payudara. Mastektomi sederhana melibatkan mengangkat lobulus, saluran susu, jaringan lemak, puting, areola, dan kulit. Mastektomi radikal berarti juga menghilangkan otot dinding dada dan kelenjar getah bening di ketiak.


Biopsi kelenjar betah bening sentinel
Sebuah kelenjar getah bening diangkat. Jika kanker payudara telah mencapai kelenjar getah bening, ia dapat menyebar lebih jauh melalui sistem limfatik ke bagian lain dari tubuh.

Diseksi kelenjar getah bening aksila
Jika di kelenjar getah bening ditemukan memiliki sel-sel kanker, ahli bedah dapat merekomendasikan mengangkat beberapa kelenjar getah bening di ketiak.

Operasi rekonstruksi Payudara
Serangkaian prosedur bedah yang bertujuan untuk menciptakan payudara sehingga terlihat sebanyak mungkin seperti payudara lainnya. Prosedur ini dapat dilakukan pada waktu yang sama dengan mastektomi. Dokter bedah dapat menggunakan implan payudara, atau jaringan dari bagian lain dari tubuh pasien.

Terapi Radiasi (Radioterapi)
Radiasi dengan dosis terkontrol ditargetkan pada tumor untuk menghancurkan sel-sel kanker. Biasanya, radioterapi digunakan setelah operasi, sekaligus kemoterapi untuk membunuh sel-sel kanker yang mungkin masih berada di sekitar. Biasanya, terapi radiasi dilakukan sekitar satu bulan setelah operasi atau kemoterapi. Setiap sesi berlangsung beberapa menit, pasien mungkin memerlukan 3-5 sesi per minggu selama tiga sampai enam minggu.

Pasien akan diminta menentukan jenis terapi radiasi yang mungkin harus menjalani. Dalam beberapa kasus, radioterapi tidak diperlukan.

Jenis terapi radiasi meliputi:

Terapi radiasi Payudara
Setelah lumpectomy, radiasi diberikan pada jaringan payudara yang tersisa

Terapi radiasi dinding Dada
Terapi ini diterapkan setelah mastektomi

Boosting Payudara
Dosis tinggi terapi radiasi diaplikasikan ke tempat tumor yang telah diangkat melalui pembedahan. Penampilan payudara dapat berubah, terutama jika payudara pasien berukuran besar.

Terapi radiasi Getah bening
Radiasi ditujukan pada aksila (ketiak) dan daerah sekitarnya untuk menghancurkan sel-sel kanker yang telah mencapai kelenjar getah bening.

Brachytherapy Payudara
Ilmuwan di UC San Diego Moores Cancer Center menunjukkan bahwa pasien dengan kanker payudara tahap awal di saluran susu yang belum menyebar, tampaknya memperoleh manfaat setelah menjalani brachytherapy payudara dengan aplikator berbasis strut. Perawatan 5 hari ini diberikan kepada pasien setelah mereka menjalani operasi lumpectomy. Para peneliti menemukan bahwa wanita yang menerima brachytherapy payudara berbasis strut memiliki tingkat kekambuhan yang lebih rendah, serta efek samping yang lebih sedikit dan kurang parah. Efek samping dari terapi radiasi mungkin meliputi keletihan, lymphedema, penggelapan kulit payudara, dan iritasi pada kulit payudara.

Kemoterapi
Obat yang digunakan untuk membunuh sel-sel kanker disebut obat sitotoksik. Ahli onkologi dapat merekomendasikan kemoterapi jika ada risiko tinggi kekambuhan kanker, atau kanker menyebar di tempat lain di tubuh. Terapi ini disebut kemoterapi adjuvant.

Jika tumor berukuran besar, kemoterapi dapat diberikan sebelum operasi. Tujuannya adalah untuk mengecilkan tumor, sehingga membuat pengangkatan lebih mudah. Ini disebut kemoterapi neo-ajuvant.

Kemoterapi juga dapat diberikan jika kanker telah menyebar ke bagian lain dari tubuh. Kemoterapi juga berguna dalam mengurangi beberapa gejala yang disebabkan oleh kanker.
Kemoterapi dapat membantu produksi estrogen berhenti. Estrogen dapat mendorong pertumbuhan beberapa jenis kanker payudara.

Efek samping dari kemoterapi dapat berupa mual, muntah, kehilangan nafsu makan, kelelahan, mulut sakit, rambut rontok, dan kerentanan yang sedikit lebih tinggi terhadap infeksi. Banyak dari efek samping tersebut dapat dikontrol dengan obat-obat yang dapat diresepkan dokter. Wanita di atas 40 tahun bisa memasuki masa menopause dini.

Melindungi Kesuburan Wanita
Para ilmuwan telah merancang cara agresif untuk menyerang kanker dengan obat kemoterapi berbasis arsenik, yang jauh lebih aman pada ovarium. Para peneliti, dari Northwestern University Feinberg School of Medicine di Chicago, percaya metode baru mereka akan membantu melindungi kesuburan pasien wanita yang menjalani pengobatan kanker.

Para ilmuwan mengatakan mereka juga mengembangkan cara cepat untuk menguji obat kemoterapi yang ada dan efeknya pada fungsi ovarium, sehingga dokter dan pasien dapat membuat keputusan mengenai pengobatan yang meminimalkan kerusakan pada ovarium.

Mereka melaporkan temuannya dalam jurnal PLoS ONE (edisi Maret 2013). Para penulis mengklaim bahwa obat kemoterapi nanopartikel baru yang mereka rancang adalah obat kanker pertama yang diuji terhadap kesuburan menggunakan uji toksisitas cepat dan baru.
Walaupun banyak pasien kanker yang selamat sampai sekarang berkat kemajuan dalam terapi kanker, sejumlah besar pasien wanita masih menghadapi kehilangan kesuburan setelah menjalani kemoterapi tradisional.

Salah seorag peneliti dalam studi tersebut, Teresa Woodruff, mengatakan "Tujuan utama kami adalah untuk membuat obat cerdas yang membunuh kanker tetapi tidak menyebabkan kemandulan pada wanita muda."

Terapi Hormon (Terapi Pemblokiran Hormon)
Terapi ini digunakan untuk kanker payudara yang sensitif terhadap hormon. Jenis kanker yang sensitive terhadap hormon sering disebut sebagai kanker ER positif (estrogen receptor positive) dan positif PR (progesterone receptor positive). Tujuan terapi hormon adalah untuk mencegah kambuhnya kanker, biasanya digunakan setelah operasi, tapi kadang-kadang dapat digunakan terlebih dahulu untuk mengecilkan tumor.


Jika karena alasan kesehatan, pasien tidak dapat menjalani operasi, kemoterapi atau radioterapi, terapi hormon mungkin satu-satunya pengobatan yang diterimanya.

Terapi hormon tidak akan berpengaruh pada kanker yang tidak sensitif terhadap hormon.
Terapi hormon biasanya berlangsung hingga lima tahun setelah operasi.

Berikut adalah obat terapi hormon lazim digunakan:

Tamoxifen
Tamoxifen berfungsi mencegah estrogen mengikat sel-sel kanker ER-positif. Efek samping dari tamoxifen adalah termasuk perubahan dalam periode menstrusi, rasa panas, kenaikan berat badan, sakit kepala, mual, muntah, kelelahan, dan sakit sendi.

Sebuah biomarker pada pasien kanker payudara yang tidak merespon, atau yang telah menjadi resisten terhadap Tamoxifen telah ditemukan oleh para peneliti di University of Manchester, Inggris. Mereka mengatakan bahwa penemuan mereka akan membantu dokter memutuskan pasien mana yang cocok atau tidak untuk adjuvant (komplementer) terapi hormon dengan tamoxifen.

Aromatase inhibitor
Jenis obat ini dapat ditawarkan untuk wanita yang telah mengalami menopause. Ia berfungsi menghambat aromatase. Aromatase membantu produksi estrogen setelah menopause. Sebelum menopause, ovarium seorang wanita yang memproduksi estrogen. Contoh aromatase inhibitor termasuk letrozole, exemestane, dan anastrozole. Efek samping obat jenis ini termasuk mual, muntah, kelelahan, ruam kulit, sakit kepala, nyeri tulang, nyeri sendi, kehilangan libido, berkeringat, dan rasa panas.

Ablasi atau Penekanan Ovarium

Wanita pra-menopause memproduksi estrogen dalam ovarium mereka. Ablasi atau penekanan ovarium berusaha untuk menghentikan indung telur dari memproduksi estrogen. Ablasi dilakukan baik melalui operasi atau terapi radiasi - ovarium wanita tidak akan bekerja lagi, dan dia akan memasuki masa menopause dini.

Sebuah obat yang bersifat Luteinising Hormone-Releasing Hormone Agonist (LHRHa) yang disebut Goserelin akan menekan ovarium. Periode menstrusi pasien akan berhenti selama pengobatan, tetapi akan mulai lagi ketika ia berhenti mengkonsumsi Goserelin. Wanita usia menopause (sekitar 50 tahun) mungkin tidak akan pernah mulai mengalami menstruasi lagi. Efek samping mungkin termasuk perubahan suasana hati, masalah tidur, berkeringat, dan rasa panas.

Pengobatan Biologis (Obat yang Ditargetkan)

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmSrk9FbcCfyS-Mexw2ZgpwLwEgqLNaqA5wRhn4DI68crfxLKkOH22Hl6Snm5c5oede0LWhQ4zsbmb_Yr7iI7ST52Km0TN3OESOUTsx3U4J_K4yrZ560N2pwUsG0Wgcg3sSZT1iZBo2Ag/s320/obat.jpg
Trastuzumab (Herceptin)
Antibodi monoklonal ini menargetkan dan menghancurkan sel-sel kanker yang HER2-positif. Beberapa sel kanker payudara menghasilkan sejumlah besar HER2 (reseptor faktor pertumbuhan); Herceptin menargetkan protein ini. Kemungkinan efek samping Yang dapat terjadi termasuk ruam kulit, sakit kepala, dan/atau kerusakan jantung.

Lapatinib (Tykerb)
Obat ini menargetkan protein HER2. Ia juga digunakan untuk pengobatan kanker payudara metastatik lanjut. Tykerb digunakan pada pasien yang tidak merespon dengan baik untuk Herceptin. Efek sampingnya termasuk tangan nyeri, nyeri pada kaki, ruam kulit, sariawan, kelelahan ekstrim, diare, muntah, dan mual.

Bevacizumab (Avastin)
Obat ini bekerja menghentikan sel-sel kanker dari menarik pembuluh darah baru, sehingga efektif menyebabkan tumor kekurangan nutrisi dan oksigen. Efek sampingnya termasuk gagal jantung kongestif, hipertensi (tekanan darah tinggi), kerusakan ginjal, kerusakan jantung, pembekuan darah, sakit kepala, sariawan. Meski tidak disetujui oleh FDA untuk digunakan ini, dokter mungkin meresepkan tersebut "off-label". Menggunakan obat ini untuk kanker payudara adalah kontroversial. FDA pada tahun 2011 mengatakan bahwa Avastin tidaklah efektif atau aman untuk kanker payudara.

Peneliti Swiss menemukan bahwa Avastin hanya menawarkan manfaat sederhana terkait perkembangan penyakit pada wanita dengan kanker payudara stadium lanjut. Mereka menambahkan bahwa ia tidak memiliki dampak pada kelangsungan hidup si pasien itu sendiri.

Aspirin Dosis Rendah
Penelitian yang dilakukan pada tikus laboratorium dan tabung reaksi menunjukkan bahwa aspirin dosis rendah secara teratur dapat menghentikan pertumbuhan dan penyebaran kanker payudara.

Para ilmuwan dari Veterans Affairs Medical Center di Kansas City dan University of Kansas Medical Center menjelaskan bahwa tes mereka pada jalur kanker dan pada tikus menunjukkan bahwa aspirin tidak hanya memperlambat pertumbuhan sel kanker dan membuat tumor menyusut jauh, tetapi juga menghentikan metastasis (penyebaran kanker ke situs baru).

Penelitian mereka melibatkan penilaian atas efek aspirin pada dua jenis kanker, termasuk kanker payudara agresif "triple-negatif" yang resisten terhadap pengobatan terbaru.

Pegiat kanker memperingatkan bahwa meskipun hasil saat ini menunjukkan janji besar, penelitian ini adalah pada tahap yang sangat awal dan belum terbukti efektif pada manusia.

Wanita umumnya didiagnosa menderita kanker payudara setelah melakukan skrining kanker payudara rutin, atau setelah mendeteksi tanda-tanda dan gejala tertentu dan memeriksakan diri ke Dokter.

Jika seorang wanita mendeteksi tanda-tanda kanker payudara dan gejala seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dia harus berbicara dengan dokter segera. Dokter, seringkali dokter umum, pada awalnya akan melakukan pemeriksaan fisik, dan kemudian merujuk pasien ke dokter spesialis jika menurutnya pemeriksaan lebih lanjut diperlukan.

Di bawah ini adalah contoh tes dan prosedur untuk diagnostik kanker payudara:

Pemeriksaan Payudara

Dokter akan memeriksa kedua payudara pasien, mencari benjolan dan kelainan lainnya yang mungkin, seperti puting terbalik, pengelupasan puting, atau perubahan bentuk payudara. Pasien akan diminta untuk duduk/berdiri dengan tangan di posisi yang berbeda, seperti di atas kepalanya dan kedua sisi tubuhnya.

X-ray (mammogram)

Biasa digunakan untuk skrining kanker payudara. Jika sesuatu yang tidak biasa ditemukan, dokter akan melakukan mammogram diagnostik.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2ME91bXIyjISIwlLFvh20vxAAtHM57vFAvkpUAmLVkcdVgvecd0XiAgsUtLtP1LI04Oi068EZqoYyQiWKqwdzB-qiXjwnerPbl5BkJkr_F-hVyRSkZTR0fOEzPvP6liNpyoghdk_WP9w/s400/mammogram.jpg
Skrining kanker payudara telah menjadi topik yang kontroversial selama beberapa tahun terakhir. Para ahli, organisasi profesi, dan kelompok pasien saat ini tidak menemui kesepakatan mengenai kapan saat skrining mamografi harus mulai dan seberapa sering harus dilakukan Beberapa mengatakan skrining rutin harus dimulai ketika seorang wanita berusia 40 tahun, yang lain bersikeras pada 50 tahun sebagai usia terbaik, dan beberapa percaya bahwa hanya kelompok risiko tinggi harus melakukan skrining rutin.

Pada Juli 2012, The American Medical Association mengatakan bahwa perempuan harus memenuhi syarat untuk skrining mamografi dari usia 40, dan harus ditanggung oleh asuransi.
Dalam Laporan Khusus jurnal The Lancet (edisi 30 Oktober 2012), sebuah panel ahli menjelaskan bahwa skrining kanker payudara tidak mengurangi risiko kematian akibat penyakit tersebut. Namun, mereka menambahkan bahwa hal itu juga menciptakan lebih banyak kasus hasil positif palsu, dimana perempuan akhirnya harus menjalani biopsi yang tidak perlu dan tumor yang tidak berbahaya diangkat melalui pembedahan.

Studi lain, yang dilakukan oleh para ilmuwan di The Dartmouth Institute for Healthy Policy & Clinical Practice di Lebanon, NH, dan dilaporkan dalam New England Journal of Medicine (edisi November 2012), menemukan bahwa mammogram tidak mengurangi angka kematian kanker payudara.

Sebuah tim dari University of Copenhagen melaporkan bahwa wanita yang memiliki hasil mammogram positif palsu mungkin menderita stres jangka panjang dan kecemasan, dalam beberapa kasus, ini bisa bertahan hingga tiga tahun. Mereka menerbitkan temuan mereka dalam Annals of Family Medicine (edisi Maret 2013).

Peneliti dari Barbara Ann Karmanos Cancer Institute di Detroit, Michigan, menemukan bahwa angka kematian kanker payudara lebih tinggi pada wanita lebih tua yang waktu-penyimpangan antara mammogram terakhir dan diagnosis kanker payudaranya lebih lama. Mereka mempresentasikan temuan mereka di Pertemuan Tahunan American Association for Cancer Research (AACR) 2013.

Pemimpin tim, Michael S. Simon, MD, MPH, mengatakan, "Kami menemukan bahwa untuk wanita usia 75 dan lebih tua, interval waktu yang lebih lama antara mammogram terakhir dan tanggal diagnosis kanker payudara dikaitkan dengan kesempatan yang lebih besar untuk meninggal akibat kanker payudara."

Mammogram 2D Dikombinasikan dengan Mammogram 3D

Peneliti dari University of Sydney School of Public Health, Australia, melaporkan dalam The Lancet Oncology bahwa mammogram 3D, bila digunakan dalam kolaborasi dengan mammogram 2D biasa, diketahui menurunkan kejadian positif palsu.

Para peneliti menskrining 7.292 wanita dewasa, dengan usia rata-rata 58 tahun. Skrining awal mereka dilakukan dengan menggunakan mammogram 2D, dan kemudian mereka menjalani kombinasi mammogram 2D dan 3D.

Profesor Nehmat Houssami dan tim menemukan 57 kanker pada 59 pasien. 66% dari kanker terdeteksi di keduanya, 2D dan gabungan screening 2D/3D. Namun, 33% dari kasus tersebut hanya terdeteksi menggunakan kombinasi 2D ditambah 3D.

Tim juga menemukan bahwa screening 2D ditambah kombinasi 3D dikaitkan dengan jumlah positif palsu yang jauh lebih rendah. Bila menggunakan hanya pemeriksaan 2D ada 141 positif palsu, dibandingkan dengan 73 positif palsu bila menggunakan kombinasi 2D ditambah 3D.

Prof. Houssami mengatakan "Meskipun kontroversial, skrining mamografi adalah satu-satunya strategi deteksi dini di tingkat populasi yang telah terbukti mengurangi angka kematian kanker payudara dalam percobaan acak. Terlepas perdebatannya, upaya-upaya harus dilakukan untuk menyelidiki metode yang dapat meningkatkan kualitas dan potensi manfaat dari skrining mamografi.

Kami telah menunjukkan bahwa mamografi terpadu 2D dan 3D dalam skrining populasi pada kanker payudara meningkatkan deteksi kanker payudara dan dapat mengurangi positif palsu. Hasil kami tidak menjamin perubahan segera pada praktik skrining payudara, sebaliknya, hasil penelitian ini menunjukkan kebutuhan mendesak untuk melakukan percobaan acak terpadu terkontrol pada 2D dan 3D vs 2D mamografi."

Beasts USG

Jenis scan ini dapat membantu dokter memutuskan apakah benjolan atau kelainan yang ada merupakan massa padat atau kista berisi cairan.

Biopsi

Contoh jaringan dari suatu kelainan, seperti benjolan, diambil dan dikirim ke laboratorium untuk analisis. Jika sel-sel kanker ditemukan, laboratorium juga akan menentukan jenis kanker payudara tersebut, dan keganasannya (agresivitas). Para ilmuwan dari Technical University of Munich menemukan bahwa untuk diagnosis yang akurat, beberapa situs tumor perlu diambil.

MRI (Magnetic Resonance Imaging) Payudara

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi77uZm5I9UduAhomk_OAOu9hDZzOigSgBzokrVgbSHCe66nSb73J9VV9tlfUGNbfUHq2tSLJYYkaATShNH4z3XIc5n5x5cX0fXnhlXRCZVSMKDWPQUevLX50_WA8WDB3yjix2kK0VxjQ0/s400/MRI+Payudara.jpg
Pewarna akan disuntikkan ke pasien. Jenis scan ini membantu dokter menentukan sejauh mana penyebaran kanker (stadium). Peneliti dari University of California di San Francisco menemukan bahwa MRI memberikan indikasi respon tumor payudara yang berguna untuk kemoterapi pra-operasi jauh lebih awal daripada melalui pemeriksaan klinis.

Stadium menggambarkan sejauh mana penyebaran kanker dalam tubuh pasien dan didasarkan pada apakah invasif atau non-invasif, seberapa besar tumor, apakah kelenjar getah bening terlibat dan berapa banyak, dan apakah telah terjadi metastasis (menyebar ke bagian lain dari tubuh).

Stadium kanker merupakan faktor penting dalam menentukan pilihan pengobatan yang direkomendasikan, dan dalam menentukan prognosis pasien.

Stadium dilakukan setelah kanker didiagnosis. Untuk menentukan stadium, dokter akan melakukan beberapa tes yang berbeda, termasuk tes darah, mammogram, sinar-X dada, scan tulang, CT scan, atau PET scan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar